Langsung ke konten utama

Postingan

Dapatkah Perempuan Memimpin Seperti Laki-Laki?

Banyak sekali hal yang dipertimbangkan oleh setiap perempuan yang memilih untuk hidup dalam dunia karir sekaligus berkeluarga. Saya bekerja sejak masih gadis dan berkarir lebih dari 30 tahun. Memiliki satu anak laki-laki, saya memiliki karir yang cukup baik menurut teman-teman saya. Pertama kali saya bekerja sebagai seorang marketing officer pada perusahaan yang bergerak dibidang kebugaran. Alasannya untuk menambah uang jajan karena saat itu saya masih kuliah. Posisi paling tinggi yang pernah saya raih adalah Director Assistant pada sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri herbal. Perempuan Karir Dua tahun terakhir ini saya bekerja kembali setelah pernah memilih berhenti bekerja pada tahun 2014. Saya pernah berhenti bekerja dalam 2 periode waktu. Pertama kali adalah saat saya melahirkan sampai anak saya masuk playgroup dan yang kedua saat anak saya memasuki SMA sampai dia mulai kuliah. Mengapa memilih berhenti? Karena saya mempunyai pilihan pastinya. Perjalanan karir saya yang

Hoax Di Media Sosial? Berpikir Kritislah

Setiap malam, ibu saya selalu mengeluarkan nasi sisa, yang katanya berbahaya jika terus ada di dalam rice cooker. Iyaaa saya tahu itu hoax , yang diterima ibu saya melalui Aplikasi Whapsapp dari group pertemanan emak-emak lansia.  Saya membiarkannya setelah ibu saya selalu ngotot bahwa itu benar, walaupun saya sudah memberikan informasi sebaliknya. Daripada berantem untuk urusan begitu yaaa… Paling-paling saya minta tolong saudara atau kenalan ibu saya, untuk meneruskan berita yang sebenarnya lewat whatsapp juga. Hehehe… Sebenarnya tidak masalah buat saya jika dilakukan dengan benar, dalam arti kabel listriknya di cabut dari stop kontak. Problemnya adalah : ibu saya sudah sering lupa dan sering tidak mencabut kabelnya dan membiarkan rice cooker terhubung ke listrik tanpa ada isinya. Jadi, tahu dunk ya sekarang, mengapa berita hoax itu bisa berakibat fatal dan membahayakan. Buat saya, orang menyebar hoax ya terserah, tetapi harus sadar bahwa ada akibat yang terjadi jika hoax itu dip

Orangtua Pikun, Bagaimana Cara Menyikapinya?

Suatu malam, saya pulang kantor dan melihat teras rumah gelap karena lampu belum dinyalakan. Saat saya masuk ke rumah, tiba-tiba ibu saya berkata,"Kok udah pagi, masih gelap?" Dalam hati saya membatin, wah orangtua pikun niy.  Saya tergolong generasi sandwich dimana saya mengurus anak dan orangtua sekaligus, bahkan di bawah satu atap. Ibu saya berusia 79 tahun dan sudah tinggal bersama saya, sejak anak saya lahir, sedangkan ibu mertua saya berusia 71 tahun.  Ahhhh.. apa bedanya dengan orang lain? Bedanya mungkin, karena saya tinggal dengan suami, anak tunggal saya, ibu kandung dan ibu mertua sekaligus dalam satu rumah. Iyaaaa... kami tinggal bersama satu atap. Kebayang gak serunya hidup kami sekeluarga? Cerita keseruannya nantilah kapan-kapan saya bagikan yaaa.. Me, my mom and my son Suami saya dinas di luar kota dan pulang dalam jangka waktu satu bulan sekali. Jadi sehari-hari, selain bekerja di kantor, saya yang "berdinas" dirumah dan melihat proses bagaimana ibu

Mendukung Anak Meraih Impian Ala Kami

  Aku ingin begini… Aku ingin begitu… Ingin ini, ingin itu.. banyak sekali. Semua, semua, semua dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan kantong ajaib! Sayang yaaa, kita bukan Nobita yang memiliki Doraemon untuk mengabulkan semua keinginan atau impian kita. Untuk memiliki banyak hal dalam hidup, dibutuhkan impian yang jelas sehingga hidup menjadi fokus, teratur dan memiliki tujuan. Impian yang terwujud membuat perasaan dan hidup lebih bahagia. Walaupun akan ada orang-orang yang akan mengatakan impian kita mustahil dan sulit dicapai, janganlah kita bersedih dan menjadi tidak termotivasi. Karena orang-orang inilah yang akan membuat kita bersemangat, untuk membuktikan bahwa mereka salah. Tulisan ini akan membahas tentang impian anak saya untuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri yang dia capai dengan banyak pengorbanan. Semoga kita semua dapat mencapai impian kita masing-masing. Bermimpilah karena hanya itu yang gratis di dunia ini. Hehehe… iya itu yang selalu saya katakan kepada a

"New Normal" Terkait Keuangan Keluarga

"Ini lebih ngeri dari corona, siap-siap. Apakah kita ada hutang? Kalau ada, jangan nambah cicilan hutang baru, selesaikan saja cicilan hutang lama. Saya rasa ini akan berlangsung sangat lama"  Photo by  Markus Spiske  on  Unsplash Kalimat itu muncul pada pesan whatsapp saya pada awal Maret 2020, saat harga minyak dunia turun 20.9% menjadi tinggal USD 32,65 perbarel. Saat itu pasien pertama virus Covid-19 baru saja diumumkan di Indonesia. Itu adalah chatt suami saya dari seberang lautan dan saya menjawab dengan jelas dan segera, bahwa kami tidak memiliki hutang keuangan. Hutang kami hanyalah berupa janji-janji yang tidak tertepati #halah Setelah hari itu, saya mulai lebih rinci dalam perencanaan keuangan kami dan mulai melakukan beberapa hal untuk menghadapi kondisi terburuk dalam ekonomi keluarga. Saya bersyukur sudah melakukan itu jauh hari sebelum situasi semakin tidak menentu. Kami bersiap untuk perencanaan jangka pendek, yaitu satu tahun. Jangka waktu itu adala