Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Wajah Cantik Atau Kulit Sehat, Pilih Mana?

Pernah ketemu teman yang sangat cantik dengan dandanan wajah paripurna? Kemudian kita terkejut saat bertemu dengannya wajah polos tanpa kosmetik? Jaman now, dengan banyaknya contoh video youtube cara berdandan, sangat mudah seseorang menutup kekurangannya dengan kosmetik. Menutup wajah dengan kosmetik memang instan tetapi memiliki kulit wajah yang sehat jelas lebih berharga. Kulit sehat adalah yang terhidrasi dengan baik, lembut, kenyal, glowing, bersih dan halus. Dengan kulit sehat, tidak dibutuhkan banyak kosmetik untuk menutupnya. Kulit juga dapat bernafas karena tidak selalu ditutup dengan kosmetik. Kosmetikpun akan lebih mudah menempel natural dan terserap dengan baik pada kulit wajah yang sehat. Kulit yang sehat membuat tampakan wajah lebih awet muda dan tidak memerlukan banyak kosmetik. Sesuai usianya - dokumen pribadi Cieeee… gaya banget ya, ngomongin urusan kesehatan kulit wajah. Kaya yang melakukan perawatan aja. Hehehe.. Iya memang saya bukan perempuan yang rajin mer

#JanganLupaBahagia

see the beautiful in everything to make you happy Kalau mendengar #janganlupabahagia itu buat saya selalu nyessssss... Saya sangat mengamini kalimat itu. Kenapa? Buat saya hidup itu sementara dan harus bahagia. Apakah saya selalu bahagia? Hahaha ya jelas tidak dunk ah, memangnya saya Spongebob? Walaupun saya merasa sekarang menjadi istri Spongebob (manusia bermuka kotak, begitu saya menyebut suami saya yang memiliki marga Tampubolon itu, hahaha) Hidup tidak semudah membalik telapak tangan, itu yang saya sadari. Umur setengah abad buat saya memang belum cukup untuk memberikan nasehat-nasehat kepada orang lain. Tidak elok dan kurang bijaklah yaaa... Jadi saya cuma ingin berbagi bagaimana saya berusaha #janganlupabahagia setiap hari. DRAMA KEHIDUPAN Perjalanan hidup saya cukup naik turun dari semua sisi. Saya pernah merasa "cukup kaya" dan "cukup berlebih". Tetapi saya juga pernah juga merasakan hanya memiliki uang Rp, 150.000,- untuk hidup 15 hari ke

Mendapatkan Pekerjaan Di Usia Senja

pict : pixabay.com/chalkboard Usia saya tidak lagi muda dan awal bulan ini saya mulai bekerja kantoran kembali. Banyak teman bertanya, kok bisa siy saya mendapatkan pekerjaan lagi. Sedangkan posisi saya sudah tidak bekerja selama 4 tahun dan usia saya sudah bukan usia incaran para pemberi kerja saat ini. Saya menjawabnya dengan kalimat, sudah rejekinya saya. Tetapi sebenarnya, apa yang saya lakukan akan saya bagikan pada artikel ini. Buat saya menjalin pertemanan adalah hal paling penting untuk mendapatkan pekerjaan. Dari 9 perusahaan tempat saya pernah bekerja, separuhnya saya dapatkan karena hubungan pertemanan dan bukan karena mengirimkan lamaran. Bahkan pada sebagian perusahaan itu, CV saya tidak diminta untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.   Lalu apakah hanya karena pertemanan? TIDAK! Mereka memberikan pekerjaan karena mereka tahu bahwa saya akan mampu mengerjakannya. Darimana mereka tahu? Rata-rata mereka adalah klien perusahaan tempat saya bekerja sebelumnya

Buzzer Politik, Sebuah Kedewasaan Bersosmed

Hingar bingar kampanye Pemilihan Presiden sudah di mulai. Perang hashtag di twitter mulai sangat mengerikan dan berimbas ke berbagai jenis sosial media lain. Group-group chatting menjadi ramai dan membunyikan nada pada smartphone, hampir ratusan kali dalam satu hari. Lalu apa yang saya lakukan? Seperti biasa... Mengamati!  damai itu indah - pict. dokpri Banyak status teman-teman juga di media sosial yang menyoroti tentang buzzer di dunia maya yang menggunakan hashtag "warbiyasak." Saya tidak menyalahkan siapa-siapa juga. Setiap orang bebas menentukan ingin memilih siapa dan mendukung dengan cara apa. Dan saya yakin juga tidak semua buzzer melakukannya demi rupiah. Banyak yang mendukung karena memang sungguh "mencintai" paslon tertentu loooo. Kalau duit, tidak "seperlu" itulah mereka dalam melakukannya, walau mungkin ada juga siy yang "butuh". Kita gak tau isi kantong dan kebutuhan orang lain kan ya? Saya lebih ingin membahasnya dar

#jalaninbareng Risiko Finansial Akibat Penyakit Kritis

Suatu malam beberapa tahun lalu saat saya masih sebagai seorang karyawan, saya mendengar nada "whatsapp" berbunyi beberapa kali. Karena saya sangat mengantuk, saya tidak menghiraukannya.  Tetapi karena kemudian terus menerus berbunyi tanda banyak pesan masuk, saya tergoda juga untuk bangun. Dan saat tangan saya mulai mencari kacamata baca, telpon berdering tanda panggilan masuk. Terdengar nada terburu-buru dan panik, "Mey. si X meninggal."  HAH??? Rasanya tidak percaya sama sekali. Usianya masih satu tahun dibawah saya, masih muda dunk artinya yaaaa... #dilarangprotes. Dan yang lebih mengagetkan, karena yang bersangkutan masih aktif menjawab pesan-pesan dalam "whatsapp group" satu jam sebelum meninggal. JANTUNG, begitu kata rekan kerja saya di ujung telpon.  Langsung otak saya terpikir istri dan 3 orang anaknya yang masih usia sekolah dan mengandalkan beliau sebagai pencari nafkah. Duhhhh... bagaimana ini? Bersyukur pada akhirnya karena pemilik peru