Dua bulan ini saya menghadiri banyak acara bagus-bagus yang di selenggarakan oleh beberapa perusahaan besar. Senang rasanya karena banyak yang saya pelajari dalam berbagai acara tersebut. Dari berbagai acara yang saya hadiri, ada yang di kelola dengan baik tetapi secara rata-rata saya kecewa dalam satu point penting, yaitu mengenai jadwal di mulainya acara. Saya memang orang yang memiliki kejelekan "terlalu tepat waktu" sehingga saya selalu merasa terganggu dengan waktu yang tidak jelas dan tidak sesuai jadwalnya. Buat saya awal yang baik adalah kunci kesuksesan dan untuk sebuah acara, dan awal yang baik adalah mulainya acara tepat waktu. Tentunya selain keramahan panitia, menariknya acara itu sendiri, terpenuhinya kepentingan saya di acara tersebut, dll. dokumen pribadi Mengamati beberapa acara dalam dua bulan ini dan mengingat banyaknya acara yang saya hadiri di sepanjang kehidupan saya, jujur saya merasa ada yang salah dengan urusan waktu ini. Untuk kesekian
Balada si Roy jadi pelem, saudara-saudara! Hahaha... bacaan saya jaman masih remaja ini siy. Wajar anak muda jaman now kurang mengenal, karena cerita ini terbit di majalah HAI, awal tahun 1988. Cerita ini menurut saya siy warbiyasak ya, karena tokoh utamanya bukan digambarkan sebagai pemuda keren dengan segudang fasilitas. Pada tahun cerita ini dibuat, tentunya bukanlah hobby yang murah untuk berpetualang. Jadi gambaran Roy menjadi hal yang warbiyasak. Dia adalah pemuda biasa yang memiliki cita-cita dan tekad kuat serta tidak gampang menyerah. Dengan kemampuannya bersosialisasi dan kerja keras, sampailah dia bertualang ke luar negeri. Kejujuran dan integritas karakter Roy, diharapkan dapat dicontoh oleh generasi milenial saat ini. Film ini rasanya akan sarat pesan moral yang positif dan menjadi inspirasi bagi masyarakat. Hal ini juga dikemukakan oleh Daniel Mahendra sebagai salah satu inisiator dari komunitas Sahabat Balada Si Roy. Menurutnya, " Nilai-nilainya masih relevan.