Langsung ke konten utama

Peran Nutrisi untuk Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan

Tau gak kalau Kelainan / Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan bawaan yang paling banyak ditemukan pada bayi dan anak? Sumpah aku baru tau setelah baca postingan FB Ikatan Dokter Anak dan mengikuti acara dari Danone Indonesia yang mengadung irisan bawang alias bikin nangis...

PJB pada anak
PJB pada anak

Data lama dari Indonesia Heart Association, di Indonesia ada 43.200 kasus PJB dari 4,8 juta kelahiran hidup. Jadi kira-kira tuh, 9:1.000 yang artinya setiap 1.000 anak lahir ada 9 yang mengidap PJB. Sedangkan dr. Rahmat Budi Kuswiyanto,Sp.A(K),M.Kes dari RS Hasan Sadikin Bandung mengemukakan saat ini kondisinya 1 diantara 100 anak lahir. Agak serem gak siy, seperti dalam gambar berikut :

Bayi dan Anak PJB
Jumlah Anak dengan PJB

Sebagai seorang ibu yang termehek-mehek kalau anak lagi sakit, saya jadi makin merasa lemah bener setelah melihat kenyataan orangtua berjuang dengan anak yang PJB. Bersyukur amat sangat, anak saya lahir sehat tanpa kekurangan dan sekaligus menjadi perhatian jika nanti memiliki cucu, hehehe...

Jadi apa siy sebenarnya PJB itu? 

Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan struktur anatomi, letak dan fungsi jantung akibat gangguan pembentukan organ jantung pada tiga bulan pertama kehamilan yang terbawa sampai lahir.
Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit Jantung Bawaan (slide presentasi)

Faktor Risiko PJB :

Penyebab terjadinya PJB belum diketahui secara pasti tetapi kondisi pada saat ibu hamil dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit ini. Ada beberapa faktor tentunya :

1. Faktor Lingkungan
  • Infeksi pada ibu : TORCH
  • Ibu dalam keadaan Diabetes Melitus / Lupus (SLE)
  • Kehamilan kurang bulan
  • Ibu perokok aktif/pasif atau peminum alkohol
  • Ibu mengkonsumsi obat-obatan anti kejang, anti jerawat dan amfetamin
  • Usia ibu saat hamil < 15 tahun atau > 35 tahun
  • Multigravida atau jarak kehamilan kurang dari 1 tahun
  • Ibu tinggal di dataran tinggi saat hamil
2. Faktor Genetik
  • Kelainan kromosom (misalnya syndroma down)
  • Lahir dengan kelainan bawaan lain, misalnya katarak atau bibir sumbing
  • Penyakit jantung bawaan dalam keluarga
3. Gabungan faktor lingkungan dan faktor genetik

Gejala PJB :

1. PJB Asianotik
  • Penyakit jantung tidak biru
  • Sesak nafas
  • Mudah lelah
  • Sering berhenti menyusu/kesulitan minum
  • Berat badan sulit naik/gagal tumbuh
  • Sering batuk pilek demam
  • Gangguan tumbuh kembang
2. PJB Sianotik
  • Penyakit jantung biru
  • Biru saat menangis (bibir,lidah,kuku)
  • Wajah dan ujung tangan dan kaki kebiruan
  • Jari tabuh
  • Sering tiba-tiba berhenti jongkok saat berjalan
  • Sesak nafas dan mudah lelah ( pada PJB sianotik disertai gagal jantung
  • Gangguan pada tumbuh kembang

Pemeriksaan yang harus dilakukan :

  • Pemeriksaan klinis
  • Pemeriksaan kadar oksigen dalam darah dengan alat pulse oxymeter
  • USG Jantung (ekokardiografi)
  • Kateterisasi jantung
Sebenarnya dengan teknologi kedokteran masa kini, PJB sudah dapat dideteksi sejak janin dalam kandungan dengan fetal echocardiography tetapi dokter yang bisa melakukannya di Indonesia juga masih terbatas jumlahnya.

WEBMINAR ANAK DENGAN PJB - DANONE

Melalui webminar "Pentingnya Dukungan Nutrisi Tepat untuk Optimalkan Tumbuh Kembang Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan" saya jadi mengetahui mengenai topik ini. Dalam webminar tersebut saya mendapatkan banyak insight dari orang-orang yang ada di lingkaran penyakit ini.

Mendengar pengalaman Yuli Lestari pada acara Danone Indonesia pada hari Rabu lalu, saya tertegun cukup lama. Beliau menceritakan bahwa bayinya menyusu secara terputus-putus, nafas dan jantungnya terasa cepat. Berat badannya sulit naik dan akhirnya melalui pemeriksaan di ketahui si kecil menderita PJB.

Selain Yuli, ada Agustina Kurniari yang juga berbagi, dimana beliau menjadi lebih kuat dengan bergabung dengan sebuah komunitas untuk mendapatkan banyak informasi dan semangat dalam merawat anak dengan PJB.

dr. Rahmat Budi Kuswiyanto,Sp.A(K),M.Kes dari RS Hasan Sadikin Bandung, mengatakan bahwa peran orangtua sangatlah penting dalam merawat anak-anak spesial ini. Menurutnya, proses perjuangan yang luar biasa bak roller coaster saat melakukan tindakan katerisasi dan pembedahan membuatnya salut pada para orangtua ini.

Ditambahkan oleh Dr.dr. I Gusti Lanang Sidiartha,Sp.A(K) bahwa faktor utama merawat anak dengan PJB memanglah orangtuanya. Menurutnya, dokter hanyalah membantu sehingga orangtua yang telaten, rajin dan kooperatif adalah solusi terbaik.

PERAN PENTING NUTRISI UNTUK ANAK DENGAN PJB

Meski PJB termasuk penyakit kronis yang cukup sulit ditangani tetapi bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Perjalanan sembuhnya mungkin cukup panjang sehingga membutuhkan banyak biaya. Tetapi kabar baiknya, pengobatan penyakit ini bisa menggunakan BPJS. 

Malnutrisi anak PJB
Malnutrisi pada anak PJB

Dengan kondisi seperti gambar diatas, anak dengan PJB harus mendapatkan nutrisi yang tepat. Anak dengan PJB butuh perhatian lebih untuk nutrisi yang baik agar tumbuh kembangnya normal dan kuat saat harus menjalani operasi nantinya.

Anak dengan PJB perlu penanganan khusus untuk mencapai medical goals, health service goals, psychological goal dan social goals. Kebutuhan gizinya lebih pada energi dan protein sesuai dengan kebutuhan fisiologis, usia dan berat badan anak. 

Terapi anak dengan PJB harus memastikan kalori dan protein yang cukup untuk menaikkan berat badan. Diperlukan formula tinggi kalori untuk mengurangi volume cairan yang dibutuhkan.

Bapak Arif Mujahidin dari Danone mengatakan bahwa Danone berkomitmen untuk anak-anak dalam kondisi kesehatan apapun, harus tetap mendapatkan asupan nutrisi yang tepat melalui makanan dan minuman. Hal ini penting untuk tumbuh kembang yang optimal dan kualitas hidup yang baik, apalagi untuk anak-anak dengan Kelainan Jantung Bawaan.

Keep semangat ya para ortu dengan anak PJB!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghargai yang terlambat ? No way

Dua bulan ini saya menghadiri banyak acara bagus-bagus yang di selenggarakan oleh beberapa perusahaan besar. Senang rasanya karena banyak yang saya pelajari dalam berbagai acara tersebut. Dari berbagai acara yang saya hadiri, ada yang di kelola dengan baik tetapi secara rata-rata saya kecewa dalam satu point penting, yaitu mengenai jadwal di mulainya acara. Saya memang orang yang memiliki kejelekan "terlalu tepat waktu" sehingga saya selalu merasa terganggu dengan waktu yang tidak jelas dan tidak sesuai jadwalnya. Buat saya awal yang baik adalah kunci kesuksesan dan untuk sebuah acara, dan awal yang baik adalah mulainya acara tepat waktu. Tentunya selain keramahan panitia, menariknya acara itu sendiri, terpenuhinya kepentingan saya di acara tersebut, dll. dokumen pribadi Mengamati beberapa acara dalam dua bulan ini dan mengingat banyaknya acara yang saya hadiri di sepanjang kehidupan saya, jujur saya merasa ada yang salah dengan urusan waktu ini.  Untuk kesekian

Memilih kaca film untuk mobil

Kali ini saya ingin berbagi mengenai seluk beluk kaca film mobil. Buat saya pribadi, kaca film di butuhkan karena sebagai pengendara perempuan, risih rasanya jika terlihat langsung dari luar mobil saat berkendara dan juga agak serem jika terlihat sedang berkendara sendirian melewati jalanan sepi di malam hari. Kejahatan bisa terjadi dimana saja dan tidak memandang jenis kelamin siy, tetapi tetap saja kalau perempuan kayanya lebih dipilih sebagai sasaran empuk, yaaa...   Ternyata banyak juga kegunaan lain dari kaca mobil selain hal tersebut di atas. Saya mendapatkan informasi ini dari acara yang di selenggarakan oleh Mobil 123 sebagai  portal otomotif nomor 1  dan  V Kool Indonesia  bekerjasama dengan Indonesian Social Blogprerneur (ISB) pada hari Rabu, 26 Juli 2017 kemarin di V Kool Flagship, jalan Trembesi, Jakarta Utara. Jadi apa saja ya kegunaannya ?  Menahan sinar matahari masuk langsung ke dalam mobil Tanpa menggunakan kaca film, suhu dalam mobil saat parkir menjadi leb

Tingkatkan Kemampuan Anak Dengan Belajar Di Luar Kelas

Belajar untuk orang-orang jaman old itu duduk manis, tangan dilipat sambil melototin buku di depan mata, gitu deh.... Padahal sebagai orang yang pernah menjadi anak-anak, semestinya kita menydaari bahwa model belajar diluar kelas justru lebih melekat hasilnya. Tidak hanya terbatas untuk anak-anak; sebagai orang dewasa, kita juga lebih rileks berada di luar ruangan di bandingkan harus terkungkung dalam cubical ruang kantor toh? Anak saya adalah salah satu pecinta kegiatan belajar di luar kelas. Itu sebabnya saat dia masih SD, guru-gurunya sangat kerepotan dengan polahnya di kelas. Anak saya tidak bisa duduk manis di kelas dan diam. Pola belajar di sekolahnya saat itu sebagian besar di dalam kelas sehingga mengakibatkan dia agak tersiksa. Setiap saat dia berkeliling kelas, melihat-lihat tugas teman-temannya dan terkesan mengganggu ketertiban.  Banyak teman-temannya yang menganggap anak saya "berbeda dan aneh" sehingga terjadi "bulliying" terhadapnya. Saat dit