Langsung ke konten utama

Festival Isi Piringku Agar Anak Mengerti Gizi Seimbang Sejak Dini

Bersyukur sekali saya ini memiliki anak yang tidak pilih-pilih makanan sejak kecil. Kenapa bersyukur? Jujur, karena saya adalah  picky eater sejati, hehehe..

Saya adalah 90% karnivora, yang tidak terlalu suka sayur dan buah sejak kecil. Mengingat masa kecil saya, sejak SD setiap malam yang saya makan adalah sate kambing langganan yang selalu lewat depan rumah. Astagaaaaa banget, kan ya.

Berbekal berbagai pengetahuan, saat saya memiliki anak, tentu saya tidak mau mengulang kesalahan diri sendiri. Saya sadar bahwa picky eater adalah salah satu dari penyebab ketidakseimbangan gizi pada tubuh. 

Gizi Seimbang
Dampak Masalah Gizi Tidak Seimbang

Kondisi kekurangan makronutrien seperti stunting dan kekurangan mikronutrien zat besi yang menyebabkan anemia, adalah masalah besar pada gizi anak di Indonesia. Nah, saya tidak maulah menjadi salah satu penyumbang kesulitan buat bangsa ini. Anda juga kan?

Tar yaaa.. dibawah saya akan cerita tentang bagaimana saya mensiasati agar anak mau makan sesuai gizi yang dibutuhkannya. Tapi simak dulu yang ini, OK?

Isi Piringku

Apa siy Isi Piringku itu? 

Gizi Seimbang
Isi Piringku Supaya Gizi Seimbang

Isi Piringku adalah kampanye Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai pengganti slogan 4 sehat 5 sempurna yang biasanya “orang-orang kolonial” kenal, hahaha.. Isi Piringku mulai terdengar sejak 2017 sebagai pedoman untuk mendapatkan gizi seimbang.

Mudahnya seperti ini, kalau kita menaruh makanan diatas piring, pastikan 50% piring terisi sayur dan buah dan 50% lagi berupa lauk beserta karbohidrat. Perbandingan lauk dan karbohidratnya adalah 1/3 dan 2/3, catet! 

Jadi setiap kali makan, ya seperti itulah komposisinya. Itu bisa dikatakan sebagai panduan makan sehat anak atau panduan gizi seimbang anak

Nah, coba mulai hari ini dilihat piring masing-masing. Baik piring sendiri maupun piring yang anak kita makan. Sudah seperti itukah? Atau kita akan jadi penyumbang angka stunting dan anemia buat Indonesia? Duhhhh… tutup muka sendiri saya siy.

#FestivalIsiPiringku 

Sejarah Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 Januari, bermula dari berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan pada 25 Januari 1951. Setelah berdirinya sekolah itu, pendidikan tenaga gizi di Indonesia berkembang pesat dan kemudian merambah ke banyak perguruan tinggi.

Pada tahun ini, peringatan Hari Gizi adalah yang ke-61. Untuk memperingatinya, Danone Indonesia menyelenggarakan Festival isi Piringku untuk anak usia 4-6 tahun secara daring. Dengan tema “Membangun Generasi Sehat Melalui Edukasi Gizi seimbang Sejak Dini” Dengan webminar ini, Danone mengingatkan bahwa pencegahan stunting harus dilakukan sejak dini. 

Gizi Seimbang
Festival Isi Piringku, Gizi Seimbang

Danone Indonesia percaya bahwa edukasi gizi harus dijalankan sehingga target pemerintah untuk mengurangi angka stunting di Indonesia dapat tercapai. Saya siy setuju sekali dengan hal tersebut karena data-data berdasar angka Riskesdas 2018, proporsi anak dengan status gizi pendek atau sangat pendek (stunting) di Indonesia masih lebih lebih tinggi dibandingkan angka yang dianjurkan WHO. 

Prosentase 30.8% tentunya jauh dibandingkan angka WHO yang menganjurkan prosentase di bawah 20%. Apalagi dengan adanya pandemi seperti saat ini yang yang menyebabkan tingkat kemiskinan yang melonjak 10,7%-11,6%. Lonjakan ini berpotensi menghambat akses anak-anak terhadap konsumsi pangan sesuai gizi seimbang karena ada perkiraan tambahan 5 juta penduduk miskin baru.

Melalui Festival Isi Piringku untuk anak usia 4-6 tahun, Danone menjawab tantangan yang dihadapi orang tua maupun guru PAUD dalam membiasakan konsumsi pangan sesuai gizi seimbang pada anak. Untuk membuatnya lebih menarik, diadakan berbagai kegiatan menarik seperti Lomba Foto Kreasi Menu Anak, Lomba Kreativitas Guru saat Belajar Daring dan Lomba Gerak dan Lagu Isi Piringku.

Narasumber Festival Isi Piringku

Pada festival ini, banyak narasumber yang sangat kompeten berpartisipasi seperti :

1. Dr. Dhian Dipo, SKM., MA, Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Beliau senang dengan adanya tambahan pengetahuan dan pemahaman ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Artinya diharapkan seorang ibu dapat memberikan makanan yang bergizi seimbang, yang divisualisasikan dalam ISI PIRINGKU untuk sekali makan.

2. Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi., Ketua tim penyusun buku Isi Piringku 4-6 tahun dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) – Institut Pertanian Bogor (IPB)

Upaya Danone sangat baik, apalagi sudah dimulai sejak tahun 2017 dengan membuat buku  edukasi “Isi Piringku” yang bertujuan untuk mengedukasi orang tua, anak-anak, serta guru PAUD. Buku yang telah dikembangkan bersama oleh IPB dan Danone Indonesia diharapkan dapat menjadi panduan orang tua dan guru PAUD untuk memenuhi kebutuahan gizi seimbang anak di rumah.

Sejak tahun  2018-2020, Danone Indonesia telah berhasil mendesiminasikan buku Panduan Isi Piringku yang telah mencapai 2.746 PAUD, 6.377 Guru, 75.915 Orang tua dan, 81.162 Siswa, denganrincian:
o    Tahun 2018:  160 PAUD, 759 Guru, 10.294 orang tua dan 6.669 Siswa
o    Tahun 2019: 1.288 PAUD, 3.778 Guru, 45.409 orang tua dan 43.774 Siswa 
o    Tahun 2020: 1.359 PAUD, 1.762 Guru, 23.899 orang tua dan 23.912 Siswa

3. Ir. Harris Iskandar, Ph.D., Widya Prada Ahli Utama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 

Anak usia PAUD perlu sekali mendapat pengetahuan ini walaupun saat ini kondisi pembelajaran dilakukan dengan system PJJ (pembelajaran jarak jauh). Upaya pihak swasta seperti Danone pastinya akan mendukung proses edukasi positif demi terpenuhinya gizi seimbang. Hal ini menyebabkan proses belajar mengajar juga menjadi lebih efektif untuk generasi yang lebih maju.

4. Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia 

Selain pembuatan buku panduan, pelatihan guru PAUD dan orang tua, maupun kegiatan edukatif untuk anak di rumah, Danone juga produk bergizi yang dibuat khusus untuk membantu menjawab tantangan kebutuhan gizi pada anak. Contohnya adalah peluncuran SGM Eksplor Pro-gress Maxx yang dilengkapi dengan mikronutrien zat besi dan Vitamin C maupun Omega 3 & 6, Kalsium, Vitamin D, Vitamin B, dan lainnya.

Jangan tularkan kebiasaan Picky Eater

Sebagai seorang picky eater, saya sangat sadar untuk tidak menurunkan ilmu itu kepada anak saya, hehehe… Jadi, apa yang saya lakukan untuk menyiasati hal tersebut? Yukkkss di simak!

Picky Eater

Foto oleh Alex Green dari Pexels, Picky Eater - Gizi Seimbang

Saat anak saya sudah mengenal warna, saya selalu menyebutkan warna-warna pada piring makan dan isinya pastinya sambil menyuapinya. Selain membuat anak bersemangat belajar tentang warna, dia juga menjadi tidak terlalu ribet dengan rasa makanan.

Beberapa anak kesulitan dengan rasa makanan yang baru dicobakan oleh ibunya. Sebagian juga merasa tidak suka dengan tekstur makanan yang disajikan. Wajar banget siy… Trus apa yang saya lakukan?

Saya membawa anak saya ketika berbelanja bahan makanan. Sebelumnya saya selalu memintanya untuk memilih warna makanan yang ingin dimakannya hari itu. Jadi misalnya, dia memilih warna merah, kuning, hijau, ungu dan putih. 

Saat berbelanja, saya akan memintanya menunjuk bahan makanan sesuai warnanya. Alhasil piring makannya selalu berisi makanan yang bervariasi. Terciptalah makanan yang dapat sesuai dengan “Isi Piringku” ituuuu… walaupun dulu siy, saya kan masih penganut 4 sehat 5 sempurna. Maklum dunk, saya kan tergolong “kolonial” wong anak saya sekarang udah kuliah. Hahaha..

Dengan memulai dari hal kecil seperti itu, anak saya saat ini sangat mudah dalam hal makan. Tidak memilih makanan sehingga saat dia mulai tinggal sendiri tidak kesulitan. Saat tinggal di kotntrakan karena harus kuliah, dai dapat mencari makanan sendiri yang tetap sehat dan memenuhi kebutuhan gizinya.

Boleh di coba ya teman-teman….



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghargai yang terlambat ? No way

Dua bulan ini saya menghadiri banyak acara bagus-bagus yang di selenggarakan oleh beberapa perusahaan besar. Senang rasanya karena banyak yang saya pelajari dalam berbagai acara tersebut. Dari berbagai acara yang saya hadiri, ada yang di kelola dengan baik tetapi secara rata-rata saya kecewa dalam satu point penting, yaitu mengenai jadwal di mulainya acara. Saya memang orang yang memiliki kejelekan "terlalu tepat waktu" sehingga saya selalu merasa terganggu dengan waktu yang tidak jelas dan tidak sesuai jadwalnya. Buat saya awal yang baik adalah kunci kesuksesan dan untuk sebuah acara, dan awal yang baik adalah mulainya acara tepat waktu. Tentunya selain keramahan panitia, menariknya acara itu sendiri, terpenuhinya kepentingan saya di acara tersebut, dll. dokumen pribadi Mengamati beberapa acara dalam dua bulan ini dan mengingat banyaknya acara yang saya hadiri di sepanjang kehidupan saya, jujur saya merasa ada yang salah dengan urusan waktu ini.  Untuk kesekian

Memilih kaca film untuk mobil

Kali ini saya ingin berbagi mengenai seluk beluk kaca film mobil. Buat saya pribadi, kaca film di butuhkan karena sebagai pengendara perempuan, risih rasanya jika terlihat langsung dari luar mobil saat berkendara dan juga agak serem jika terlihat sedang berkendara sendirian melewati jalanan sepi di malam hari. Kejahatan bisa terjadi dimana saja dan tidak memandang jenis kelamin siy, tetapi tetap saja kalau perempuan kayanya lebih dipilih sebagai sasaran empuk, yaaa...   Ternyata banyak juga kegunaan lain dari kaca mobil selain hal tersebut di atas. Saya mendapatkan informasi ini dari acara yang di selenggarakan oleh Mobil 123 sebagai  portal otomotif nomor 1  dan  V Kool Indonesia  bekerjasama dengan Indonesian Social Blogprerneur (ISB) pada hari Rabu, 26 Juli 2017 kemarin di V Kool Flagship, jalan Trembesi, Jakarta Utara. Jadi apa saja ya kegunaannya ?  Menahan sinar matahari masuk langsung ke dalam mobil Tanpa menggunakan kaca film, suhu dalam mobil saat parkir menjadi leb

Tingkatkan Kemampuan Anak Dengan Belajar Di Luar Kelas

Belajar untuk orang-orang jaman old itu duduk manis, tangan dilipat sambil melototin buku di depan mata, gitu deh.... Padahal sebagai orang yang pernah menjadi anak-anak, semestinya kita menydaari bahwa model belajar diluar kelas justru lebih melekat hasilnya. Tidak hanya terbatas untuk anak-anak; sebagai orang dewasa, kita juga lebih rileks berada di luar ruangan di bandingkan harus terkungkung dalam cubical ruang kantor toh? Anak saya adalah salah satu pecinta kegiatan belajar di luar kelas. Itu sebabnya saat dia masih SD, guru-gurunya sangat kerepotan dengan polahnya di kelas. Anak saya tidak bisa duduk manis di kelas dan diam. Pola belajar di sekolahnya saat itu sebagian besar di dalam kelas sehingga mengakibatkan dia agak tersiksa. Setiap saat dia berkeliling kelas, melihat-lihat tugas teman-temannya dan terkesan mengganggu ketertiban.  Banyak teman-temannya yang menganggap anak saya "berbeda dan aneh" sehingga terjadi "bulliying" terhadapnya. Saat dit